A.
Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak
Organ dalam tubuh kita yang mengatur langsung pikiran, emosi, dan
motivasi kita. Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh. Otak berada di
dalam tulang tengkorak dan dielubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput ini tersusun
atas tiga lapisan, yaitu lapisan terluar yang dekat dengan tulang, durameter; lapisan tengah, orachoid; lapisan dalam yang melekat
pada permukaan sumsum, piamete. Peradangan
pada meninges dinamakan meningitis.
Besar otak kita kira-kira sebanding dengan sebuah jeruk manis yang besar,
benda manakjubkan seberat satu setengah kilogram ini sebagian besar terdiri
atas air 78%, sedikit lemak 10%, dan sedikit protein 8%. Bagian terbesar, yang
merupakan porsi terbesar dari otak kita 80% disebut otak besar (cerebrum). Otak besar ini terdiri atas
miliaran sel dan terbagi menjadi dua bagian (hemisfer kanan dan kiri). Otak
besar inilah yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi berpikir tingkatan
tertinggi dan pengambilan keputusan.
Otak manusia normal berwarna mendekati warna kulit putih manusia (flesh-colored) dan cukup lunak sehingga
dapat dipotong dengan menggunakan pisau roti, bagian terluar dari otak kita, cerebral cortex (bahasa Latin untuk
‘kulit kayu’ atau ‘kulit buah’) cukup berbeda, terlihat seperti lipatan-lipatan
atau berkerut yang tebalnya kira-kira setebal kulit jeruk. Lapisan pelindung
dari kumpulan sel ini, kaya akan sel-sel otak, yang ukurannya mencapai sekitar
satu halaman koran yang dibentangkan. Fungsi pentingnya ditegaskan oleh fakta
bahwa korteks merupakan tujuh puluh persen
bagian yang membentuk bagian saraf: sel-sel saraf ayau neuron ini dihubungkan oleh hampir
sekitar satu juta miliar serat saraf.
Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tidak terikat (tidak
memiliki fungsi tertentu) dibandingkan spesies lainnya yang ada di muka bumi
ini. Hal ini memebrikan fleksibelitas dan kapasitas yang luar biasa bagi otak
manusia untuk pembelajaran.
Otak besar manusia terbagi menjadi empat bagian utama yang disebut lobus
(lobe), yaitu lobus depan (frontal), lobus tengah (parietal), lobus penglihatan (occipital), dan lobus pendengaran (temporalis). Lobus penglihatan (occipital) terletak sedikit di belakang
bagian otak dan terutama bertanggung jawab pada penglihatan. Lobus depan (frontal) terletak di wilayah skitar
kening dan punya andil terhadap tindakan-tindakan yang disengaja, seperti
memberi penilaian, kreativitas, menyelesaikan masalah, dan merencanakan. Lobus
tengah (parietal) terletak pada
bagian atas dari otak. Tugasnya adalah memproses sesuatu yang berhubungan
dengan sensori yang lebih tinggi dan fungsi-fungsi bahasa. Lobus pendengaran (temporal) terletak di bagian kiri dan
kanan berada di bagian atas dan sekitar telingan. Bagian ini terutama
bertanggung jawab terhadap pendengaranan, memori, pemaknaan, dan bahasa,
meskipun ada beberapa fungsi yang saling tumpang tindih antara masing-masing
lobus ini (gambar 1).
Gambar
1
Struktur
otak manusia
(Sumber: Eric Jensen, Brain-Based Learning, 2008)
Bagian otak tengah atau inti dari otak (kadang-kadang dirujuk sebagai
otak tengah atau sistim limbik)
meliputi hipokampus, talamus,
hipotalamus, dan amigdala. Bagian
ini adalah bagian yang menyumbang sekitar dua puluh persen dari seluruh volume
otak, bertanggung jawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh,
hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Otak tengah
membantu mengontrol gerakan mata dan koordinasi. Di dalam otak tengah terdapat sistem pengaktif retikularis (RAS, reticular activating system; disebut juga ‘formasi retikularis’),
sebuah serabut neuron yang esensial
bagi pengaturan kesadaran (tidur, keterjagaan, bangun dari tidur dan bahkan
perhatian pada sejumlah dan bagi fungsi-fungsi vital seperti detak jantung dan
pernapasan).
Sebenarnya, RAS
juga meluas sampai otak belakang. Baik RAS maupun talamus esensial bagi
kepemilikan kita terhadap kesadaran alam sadar atau kemampuan mengendalikan
eksistensi kita. Batang otak menghubungkan otak depan dengan saraf tulang
belakang. Struktur yang disebut pariaqueductal
gray (PAG) terdapat di dalam batang otak ini. Wilayah ini tampaknya menjadi
kunci bagi jenis-jenis perilaku adaptif. Suntikan sejumlah asam amino yang
dapat membangkitkan halusinasi atau alternatifnya, stimulasi listrik ke area
ini akan menghasilkan berbagai respons. Yang pertama adalah respons agresif dan
konfrontasi. Yang kedua adalah respons penghindaran atu melarikan diri. Yang
ketiga adalah reaksi defensif yang tinggi. Dan keempat adalah pengurangan
reaksi seperti yang dialami setelah seseorang kalah bersaing, sebuah perasaan
lemas dan tak berdaya.
Para dokter
menentukan batas kematian otak didasarkan pada fungsi-fungsi batang otak ini.
Khususnya, seorang dokter harus menentukan apakah batang otak sudah begitu
rusak sehingga beberapa refleks kepala (contohnya refleks pupil) tidak ada
selama lebih dari dua belas jam. Atau otak menunjukkan tidak ada aktivitas
listrik atau sirkulasi darah di dalamnya.
Selain itu, ada
bagian yang disebut rostral anterior
cingulated cortex (RACC). Bila RACC bekerja, orang cenderung akan berpikir
hal-hal indah yang mungkin akan terjadi di masa depan. Orang jadi bersemangat
dan yakin bisa meraihnya. Sebaliknya, bila RACC tidak bekerja, orang lalu
berpandangan buruk, tidak yakin, dan tidak punya harapan. Hal itu juga
menyebabkan orang tidak memunyai semangat untuk melakukan berbagai hal bagi
masa depannya ketika RACC-nya tidak bekerja dengan baik.
Bagian dari otak yang kita kenal sebagai sisi dalam diri atau pemikiran
sadar, tidak begitu jelas. Hal ini mungkin karena kesadaran kita tersebut
terletak di seluruh bagian korteks, atau mungkin terletak di dekat formasi jala
di bagian atas batang otak. Namun, ada beberapa ilmuwan yakin bahwa letak
kesadaran itu adalah pada bagian kiri depan belahan otak atau orbitofrontalcortex.
Korteks sensori (yang memonitor reseptor kulit) dan korteks motorik (yang
dibutuhkan untuk bergerak) berbentuk semacam pita kecil yang terletak melintasi
bagian tengah atas otak di bagian lobus tengah (parietal). Di bagian bawah belakang terdapat otak kecil (cerebellum), yang terutama bertanggung
jawab atas beberapa aspek seperti keseimbangan, postur, gerak motorik, musik,
dan kognisi. Penjelasan lebih lanjut mengenai struktur dan fungsi yang ada pada
otak dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1
Struktur dan fungsi bagian
otak manusia
Struktur-struktur
utama
|
Fungsi
dari struktur ini
|
Kulit otak
(lapisan terluar hemisfer otak)
|
Terlibat di dalam
pencerahan dan pemrosesan informasi indrawi, berpikir, proses kognitif
lainnya, dan perencanaan serta pengiriman informasi motorik
|
Ganglia basali
(kumpulan nukleon dan jaringan saraf)
|
Krusial bagi
fungsi sistem motorik
|
Sistem-sistem limbik
(hipokampus, amigdala, dan septum)
|
Terlibat dalam
pembelajaran, emosi dan motivasi (detailnya, hipokampus memengaruhi rasa
marah dan agresi, dan septum memengaruhi rasa marah dan takut)
|
Talamus
|
Stasiun pemancar
utama bagi informasi sendorik yang datang menuju otak; menyalurkan informasi
ke wilayah kulit otak yang tepat melalui urat-urat saraf yang berangkat dari
talamus ke wilayah-wilayah spesifik korteks; memadukan sejumlah nukleus yang menerima jenis-jenis spesifik
informasi sensorikdan menyalurkannya ke wilayah kulit otak
|
Hipotalamus
|
Mengontrol sistem
endokrin; mengontrol sistem saraf otonom seperti regulasi suhu tubuh
internal, pengaturan indra pengecap dan rasa haus, dan fungsi-fungsi kunci
lainnya; terlihat di dalam pengaturan
perilaku yang terkait dengan kelangsungan hidup spesies (berkelahi, makan,
melarika diri, dan kawin); terlibat di dalam emosi rasa senang, sakit, dan
reaksi terhadap tekanan dan stress
|
Kolikuli
superioris (atas)
|
Terlibat di dalam
penglihatan (khususnya refleksi-refleksi visual)
|
Kolikuli
inferioris (bawah)
|
Terlibat di dalam
pendengaran
|
Sistem
pengaktifan retikularis (RAS; juga meluas sampai otak belakang)
|
Penting untuk
mengontrol kesadaran (terjaga dari tidur), atensi, fungsi kardiorespiratoris,
dan gerak tubuh
|
Materi abu-abu,
nukleus merah, nigra substantia, wilayah ventralis
|
Penting untuk
mengontrol gerak tubuh
|
Serebelum
|
Esensial bagi
keseimbangan. Koordinasi dan keharmonisan gerak otot
|
Pons (sampai ke
area yang mengandung RAS)
|
Terlibat di dalam
kesadaran (tidur dan terjaga); menjembatani transmisi neuron dari satu bagian
otak ke bagian lain; terlibat dengan urat-urat saraf di wajah
|
Medula oblongata
|
Berfungsi sebagai
titik persimpangan tempat saraf mengarah silang dari satu sisi tubuh ke sisi
otak sebaliknya (kontralateralis); terlibat di dalam fungsi-fungsi seperti
kardiorespiratoris, pencernaan dan menelan
|
(Sumber: Robert J. Sternberg, Psikologi Kognitif,
2008)
B.
Fungsi kebahasaan otak
Otak terdiri
dari dua belahan (hemisfer) yakni,
hemisfer kiri dan kanan. Fungsi otak kiri terutama berperan dalam perkembangan
bahasa dan bicara, karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan kalimat dan
kata, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat, disamping
kemampuan berhitung, membaca, dan menulis.
Fungsi otak kanan
berperan dalam bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, pengenalan
situasi dan kondisi, pengendalian emosi, kesenian, kreativitas, dan berpikir
holistik.
Kedua belahan
otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf, dan kerja sama terjadinya
melalui suatu bagian yang disebut korpus
kalosum, walau pada kenyataannya dalam aktivitas tertentu hanya salah satu
belahan otak yang berperan (gambar 2).
Gambar 2
Hemisfer kiri dan kanan
(Sumber: Eric
Jensen, Barin-Based Learning, 2008)
Perkembangan
kedua belahan otak akan mengalami spesialisasi atau lateralisasi. Pada usia kurang lebih dua tahun, hemisfer kanan
lebih berkembang selanjutnya hemisfer kiri. Oleh karena itu, pada periode ini
anak lebih sering menggunakan tangan kirinya. Biasanya para orang tua
mengarahkan agar menggunakan tangan kanan. Namun, bagi anak yang memunyai
kecenderungan kidal bila dipaksa pindah tangan akan mengalami gangguan
berbahasa. Karena anak kidal fungsi bicara dan bahasanya berasal dari hemisfer
kanan.
Hemisfer kiri memang dominan untuk
bicara-bahasa, tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan, maka seseorang akan
menjadi monoton tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat; tampak adanya emosi;
tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.
Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal.
Hemisfer kiri ini disebut dengan hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya
dinamakan korteks bahasa.
Hemisfer dominan secara morfologis lebih
berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri memunyai arti
penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori verbal. Sementara
hemisfer kanan berfungsi untuk emosi, lagu, isyarat (gesture), baik yang
emosional maupun verbal.
C.
Hemisfer
dominan
- Yule (1985) fungsi bagian tertentu
pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh
penggantinya di bagian otak yang lain.
- Whitaker (1977) menyatakan
kandungan dalam otak yang menyusun perilaku manusia melibatkan keterkaitan
beberapa wilayah otak.
- Krashen (1977) mengatakan bahwa meskipun
terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa
dibatasi pada hemisfer kiri itu. Lebih lanjut krashen mengatakan bahwa
cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua
hal berikut:
a.
Orang-orang tertentu kemampuan
berbahasanya dikendalikan oleh hemisfer kiri dan orang-orang tertentu lainnya
oleh hemisfer kanan.
b.
Sebagian orang lebih cenderung pada
penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara lebih siap untuk fungsi
kognitif.
D.
Daerah
Broca
Proses dari mengidentifikasi
bagian-bagian dari otak tersebut yang berhubungan di dalam bahasa dimulai pada
tahun 1861, ketika Paul Broca, seorang ahli bedah otak Perancis, memeriksa otak
dari pasien yang baru meninggal yang
memiliki penyakit yang tidak biasa. Terlebih dahulu dia telah dapat memahami
bahasa berbicara dan tidak memiliki kerusakan motorik dari mulut atau lidah
yang mungkin memengaruhi kemampuannya untuk berbicara, baik dia dapat berbicara
dengan kalimat yang sempurna maupun
dengan jelas menuangkan pikirannya ke dalam tulisan. Hanya melafalkan
bunyi suku kata yang dapat dia buat “Tan”, yang sampai digunakan sebagai
namanya.
Gambar
3
Paul
Broca dan otak milik Tan
Ketika otak Tan diotopsi Broca, dia
menemukan luka yang cukup besar di dalam kulit otak sebelah kiri. Sesudah itu,
Broca mempelajari delapan pasien lainnya, semuanya telah memiliki kekurangan
bahasa yang serupa dengan luka di dalam lobus depan hemisfer sebelah kiri
mereka. Hal ini mendorongnya untuk
membuat pernyataan terkenalnya “Kita berbicara dengan hemisfer sebelah kiri”
dan untuk mengidentifikasi, untuk pertama kalinya, keberadaan dari “pusat
bahasa” di dalamnya yang kemudian dari lobus depan hemisfer ini. Sekarang yang
dikenal sebagai “daerah broca”, hal ini adalah fakta bahwa daerah pertama dari otak yang dihubungkan
dengan fungsinya secara spesifik – dalam kasus ini adalah bahasa.
E.
Daerah
Wernicke
Sepuluh tahun kemudian, Carl Wernicke, seorang neurologis Jerman, menemukan bagian lainnya dari otak,
yang satu ini menyangkut di dalam memahami bahasa, yang kemudian dari
lobus belakang hemisfer sebelah
kiri. Orang yang memiliki luka pada
daerah ini dapat berbicara, tetapi kemampuan berbicara seringkali membingungkan
dan tidak masuk akal.
Pengamatan Wernicke telah banyak sekali ditetapkan sejak itu. Para peneliti otak sekarang setuju bahwa yang menjalankan sulcus lateral (juga dikenal sabagai celah dari
Silvius) di dalam hemisfer
sebelah kiri dari otak, di sana terdapat simpul syaraf pendek yang
menghubungkan keduanya di dalam memahami
dan di dalam menghasilkan ujaran bahasa.
Pada daerah depan otak akhir dari
simpulan ini berada di daerah
Broca, yang mana biasanya dihubungkan dengan menghasilkan bahasa, atau keluaran
bahasa. Di akhir yang lain (lebih secara spesifik lagi, di dalam lobus
belakang), berada daerah Wernicke, yang mana dihubungkan dengan proses dari
kata-kata yang kita dengar menjadi ujaran , atau masukkan-masukkan bahasa.
Daerah Broca dan Wernicke disambungkan oleh berkas syaraf fiber yang besar yang disebut
dengan arcuate fasciculus.
Gambar
3
Carl
Wernicke dan otak yang rusak di daerah wernicke
Simpulan bahasa ini telah ditemukan di
dalam hemisfer sebelah kiri sekitar
90% dari orang sebelah kanan
dan 70%
dari orang sebelah kiri, bahasa menjadi salah satu fungsi bahwa melakuan
secara asimetris di dalam otak. Secara mengejutkan, simpula ini juga ditemukan
pada tempat yang sama di dalam orang tuli yang menggunakan bahasa simbol. Oleh
karena itu, simpul ini seharusnya tidak muncul menjadi spesifik untuk mendengar
atau ujaran bahasa, tetapi agak lebih
menjadi lebih halus dihubungkan dengan apapun secara pemilihan bahasa individu yang terjadi
dilakukan.
Masalah umum yang diceritakan di dalam
percobaan lainnya untuk menentukan lokasi dari fungsi-fungsi otak bahwa setiap
otak itu unik. Hanya seperti setiap orang biasanya yang memiliki lima jari,
tetapi jari-jari orang itu berbeda, semua otak manusia memiliki struktur otak
utama yang sama, tetapi ukuran dan bentuk dari struktur tersebut dapat
bervariasi dari satu orang dengan yang lainnya – sebanyak beberapa milimeter.
Ukuran rata-rata dapat digunakan, tentunya, di dalam pembelajaran mengenai
otak, tetapi sisa faktanya bahwa jenis yang sama dari luka tidak akan selalu
karena secara tepatnya jenis yang sama dari pengurangan di dalam beberapa
perbedaan secara individual.
Tabel 2
Kerusakan pada daerah Broca dan
Wernicke
Kerusakan daerah Broca
(apasia broca)
|
Kerusakan daerah Wernicke
(apasia wernicke)
|
Menghalangi
seseorang untuk menghasilkan sebuah ujaran
|
Kehilangan pemahaman
kemampuan berbahasa
|
Seseorang dapat
memahami bahasa
|
Seseorang dapat
berbicara dengan sangat jelas, tetapi kata-kata yang dibuat tidak masuk akal.
Ini yang disebut dalam berbicara dengan “salad kata” karena itu kelihatan kata-kata semuanya
dicampurkan seperti sayuran di dalam salad.
|
Kata-kata tidak
dibentuk dengan baik
|
|
Ujaran pelan dan
menyatu
|
|
(Sumber: Robert J. Sternberg, Psikologi Kognitif, 2008)
Tidak hanya terdapat afasia wernicke dan
broca saja tetapi masih ada beberapa macam afasia lainnya, yaitu afasia anomik, afasia global, dan afasia
konduksi, selain itu ada juga beberapa gangguan bahasa lainnya seperti disaatria, agnosia atau dimensia, disleksia
aleksia, disleksia agrafia dan stroke.
Afasia anomik: kerusakan otak terjadi
pada bagian depan dari lobus parietal dengan lobus temporal. Gangguan wicaranya
tampak pada ketidakmampuan penderita untuk mengaitkan konsep dan bunyi atau
kata yang mewakilinya. Jadi, kalau kepada pasien ini diminta untuk mengambil
benda yang bernama gunting, dia akan bisa melakukannya. Akan tetapi, kalau
kepadanya ditunjukkan gunting, dia tidak akan dapat mengatakan nama benda itu.
Afasia
global: pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu
atau dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain; kerusakan bisa
menyebar dari daerah broca, melewati korteks motor, menuju lobus parietal, dan
sampai ke daerah wernicke. Luka yang sangat luas ini tentunya mengakibatkan gangguan
fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik, penderita bisa lumpuh di
sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah bisa menjadi tidak cukup
fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran orang, ujaran
tidak mudah dimengerti orang, dan kata-kata dia tidak diucapkan dengan cukup
jelas.
Afasia
konduksi: bagian otak yang rusak pada afasia macam ini
adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobus
frontal dengan lobus temporal. Karena hubungan daerah broca di lobus frontal
yang menangani produksi dengan daerah wernicke di lobus temporal yang
menanganikomprehensi terputus maka pasien afasia konduksi tidak dapat mengulang
kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat memahami apa yang dikatakan
orang. Misalnya, dia akan dapat mengambil pena yang terletak di meja, kalau
disuruh demikian. Dia juga akan dapat berkata pena itu di meja, tetapi dia
tidak akan dapat menjawab secara lisan pertanyaan di mana penanya? Bisa
terjadi, dia ditanya tentang A, yang dijawab adalah tentang B, atau C.
Disaartria
adalah gangguan yang berupa lafal yang tidak jelas, tetapi ujarannya utuh.
Gangguan seperti ini terjadi karena bagian yang rusak pada otak hanyalah
korteks motor saja sehingga mungkin hanya lidah, bibir, atau rahangnya saja
yang berubah. Agnosia atau demensia adalah gangguan pada pembuatan
ide. Penderita tidak dapat memfokuskan ide yang akan dikatakan dengan baik
sehingga isi ujaran bisa loncat-loncat ke sana kemari. Aleksia adalah hilangnya kemampuan untuk membaca sedangkan agrafia adalah hilangnya kemampuan untuk
menulis dengan huruf-huruf normal. Kedua penyakit ini disebut pula sebagai disleksia.
Pengaruh stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada
gangguan-gangguan lain yang tidak langsung berkaitan dnegan bahasa. Penderita
apraksia, misalnya, tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu (seperti
memindahkan mainan balok dari tempat A ke B), meskipun dia tidak menderita
cacat lumpuh tangan. Penderita ataksia
kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan muskuler yang volunter.
F.
Teori lateralisasi
Suatu teori yang dapat diatrik secara jelas adalah
bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur
penyimpanan pemahaman dan produksi bahasa alamiah. Dalam studi neurolinguistik
hal ini disebut lateralisasi. Banyak pakar psikologi yang meragukan teori ini,
bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di hemisfer kiri. Mereka berpendapat
bahwa seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan
produksi bahasa. Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti eksperimental yang
dilakukan terhadap otak yang normal (bukan otak yang rusak seperti yang
dilakukan Broca dan Wernicke). Berikut beberapa ekspeimen yang pernah dilakukan
untuk menyokong teori laterlalisasi itu:
1.
Tes menyimak rangkap
(dichotic listening) oleh Broadbent
(1954).
2.
Tes stimulus
elektris (electrical stimulation of brain)
oleh Penfield dan Rasmussen (1951).
3.
Tes grafik
kegiatan elektris (electris-encephalo-graphy)
oleh Schafer (1967).
4.
Tes wada (amysal tes) oleh J.Wada (1959).
5.
Teknik fisiologi
langsung (direct physiological technique)
oleh Chon (1971).
6.
Teknik belah-dua
otak (bisected brain technique).
G.
Teori lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim disebut pandangan
lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah
Broca dan Wernicke. Selain laporan medis Paul Broca dan Carl Wernicke yang
menyatakan bahwa pusat bahasa terdapat pada hemisfer kiri, ada satu lagi
laporan medis dari Geschwind (1968) yang menyatakan bukti yang sama.
Geschwind melaporkan kasus seorang wanita muda (22
tahun) yang keracunan karbon monoksida. Wanita itu dapat diselamatkan, tetapi
mengalami kerusakan otak yang berat. Selama dia sakit, wanita tersebut dama
sekali tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya sendiri, kecuali muut, lidah,
dan mukanya. Meskipun pemahaman bahasanya dan produksi bahasanya sedikit
kurang. Setelah meninggal dan dibedah, ternyata seluruh otaknya telah rusak,
kecuali medan-meda bahasa pada hemisfer kiri yang hanya mengalami kerusakan
ringan. Kasus ini juga membuktikan bahwa pada hemisfer yang kiri yang hanya
mengalami kerusakan ringan. Kasus ini juga menunjukkan bukti bahwa lokalisasi
pusat-pusat bahasa terletak pada hemisfer kiri.
Ada beberapa cara lain untuk menunjukkan teori
lokalisasi ini. Antara lain sebagai berikut:
1.
Teknik stimulus
elektrik oleh Penfield dan Robert (1959).
2.
Teknik perbedaan
anatomi otak oleh Geschwind dan Levistsky (1968).
3.
Cara melihat
orak dengan positron emission tomography (PET).
H.
Teori
konvergensi bahasa
- Setiap orang memiliki pola otak
yang unik yang mendasari kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Wanita
memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar dibandingkan
pria.
- Bahasa pertama (bahasa ibu)
seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua
berkaitan dengan otak. Hal ini telah dibuktikan oleh mereka yang telah
diserang stroke (gangguan pembuluh darah otak).
- Aspek-aspek lain dari kemampuan
berbahasa seperti nomina dan verba ternyata diproses pada bagian otak yang
berbeda.
- Dr. Antonio Damasio mengatakan otak
memang memunyai lokasi khusus untuk memproses bahasa; tetapi lokasi itu
tidak merupakan organ bahasa yang mandiri dengan kotak-kotak tempat
memproses bahasa. Ada lokasi yang penting dalam memproses bahasa yang
dikenal dengan wilayah konvergensi. Dalam wilayah itu tersimpan kunci
untuk memadukan komponen-komponen kata dan objek yang sudah tersebar luas
dalam otak.
I.
Otak
pria dan wanita
- Ukuran otak pria lebih besar antara
10-15% daripada otak wanita.
- Otak wanita memiliki fungsi yang
berbeda dibandingkan otak pria.
- Otak wanita lebih banyak neuron
daripada otak pria, hal ini dikaitkan dengan wanita yang mampu menggunakan
kedua hemisfernya ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal lainnya.
Sedangkan pria hanya menggunakan sebelah saja (biasanya sebelah kiri).
Dapat disimpulkan bahwa wanita lebih lincah soal verbal dibandingkan pria.
- Kemampuan wanita dalam memadukan
banyak aspek kognitif dalam berpikir. Bukan hanya rasio, tetapi emosi dan
instingnya juga terlibat. Ada yang menyatakan ini sebagai intelegensi
emosional, atau juga intuisi wanita. Kemampuan intuitif ini tampaknya
membuat wanita tidak tegas dalam membuat keputusan. Namun, sebenarnya
mereka lebih peka dan bisa melihat hal-hal yang tidak tampak oleh pria.
Hal ini menyebabkan wanita tidak melihat segala sesuatu apa adanya seperti
pria.
- Penglihatan wanita lebih tajam
daripada pria. Begitu juga pendengarannya. Maka tak heran mengapa wanita
lebih peka pada malam hari dapat terbangun ketika mendengar tangisan sang
bayi.
- Wanita memliki ingatan yang lebih
tajam dibandingkan dengan pria. Karena wanita lebih banyak mengingat
detail, asosiasi, dan pengalaman pribadinya dibandingkan pria.
- Wanita lebih banyak menggunakan
hemisfer kanan, maka mengaitkan data ke wilayah memori itu sudah dialkukan
secara otomatis.
J.
Kaitan
otak dengan bahasa
Orang sudah lama sekali berbicara
tentang otak dan bahasa. Aristoteles pada tahun 384-322 Sebelum Masehi telah
berbicara soal hati yang melakukan hal-hal yang kini kita ketahui dilakukan
oleh otak. Begitu pula pelukis terkenal Leonardo da Vinci pada tahun 1500-an
(Dingwall 1998:53). Namun, titik tolak yang umum dipakai adalah setelah
penemuan-penemuan yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke pada tahun 1860-an. dari
struktur serta organisasi otak manusia yang memegang peranan penting dalam
bahasa. Bagaimana persis kaitannya? Apabila input yang masuk adalah dalam
bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi oleh lobus temporal, khususnya
oleh korteks primer pendengaran. Di sini input tadi diolah secara rinci sekali,
misalnya, apakah bu yi sebelum bunyi /o/ yang didengar it memiliki VOT +60
milidetik, +20 milidetik, atau di antara kedua angka ini.
Angka indek VOT ini penting karena kalau
VOT-nya adalah +0 milidetik, maka bunyi itu pastilah vois seperti /b/ atau /g/;
kalau lebih dari +30 milidetik, pastilah itu bunyi tak-vois seperti /p/ atau
/k/, dst. Korteks ini juga meneliti apakah urutan bunyi adalah, misalnya, /p/,
/o/, /s/ (pos) atau /s/, /o/, /p/ (sop).
Setelah diterima, dicerna, dan diolah
seperti ini maka bunyi-bunyi bahasa tadi “dikirim” ke derah Wernicke untuk
diinterpretasikan. Di daerah ini bunyi-bunyi dipilah-pilah menjadi sukukata,
kata, frasa, klausa, dan akhirnya kalimat. Setelah diberi makna dan dipahami
isinya, maka ada dua jalur kemungkinan. Bila masukan tadi hanya sekedar
informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja
dalam memori. Suatu saat nanti mungkin informasi itu diperlukan. Bila masukan
tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah
Broca melalui fasikulus arkuat.
Di daerah broca proses penanggapan
dimulai. Steelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka
daerah broca “memerintahkan” motor korteks untuk melaksanakannya. Proses
pelaksanaan di korteks motor juga tidak sederhana. Untuk suatu ujaran ada
minimal 100 otot dan 140.000 rentetan neuromuskuler yang terlibat. Motor
korteks juga harus mempertimbangkan
tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari
fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan. Ambillah perkataan dia pada kalimat
(1) Dia
belum pulang
Karena bunyi /d/ memunyai fitur [+vois],
di samping fitur-fitur lain seperti [+konsonan], [+anterior], [-bilabial],
[+alveolar], [-nasal], maka korteks motor harus memerintahkan pita suara untuk
bergetar 30 milidetik lebih awal daripada perintah-perintah yang lain. Hal ini
disebabkan karena pita suara letaknya paling jauh dibandingkan dengan alat-alat
penyuara yang lain. Sebaliknya, untuk bunyi /p/ pada kata pulang di kalimat (1) di atas, pita suara harus diperintahkan untuk
bergetar paling awal 25 milidetik setelah bunyi /p/ itu diucapkan. Ini untuk
menjamin bahwa bunyi bilabial yang keluar itu benar-benar /p/, dan bukan /b/.
Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan
kemudian ke /a/ untuk kata dia juga
memerlukan koordinasi yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada derah
alveolar di mulut untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah
bentuk menjadi lengkung dan tinggi-depan untuk /i/, misalnya, harus
dikoordinasikan dengan rapi sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan
bunyi natif. Tanpa ketepatan ini maka pembicaraan akan kedengaran seperti orang
asing.
Bila input yang masuk bukan dalam bentuk
lisan, tetapi bentuk tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukan
tidak dianggap oleh korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual di
lobus occipital. Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah wernicke, tetapi
harus melewati girus angular yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan
daerah occiptipal. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yakni, input tadi dipahami
oleh daerah wernicke, kemudian dikirim ke daerah broca bila perlu tanggapan
verbal. Bila tanggapannya juga visual, maka informasi itu dikirim ke daerah
perietal untuk diproses visualisasinya.
K.
Belajar
untuk berbicara
Sekitar akhir dari tahun pertama mereka
hidup, anak-anak menyadari bahwa mereka memiliki sudut pandang sendiri dan
mereka dapat berbagi dengan orang lain. Pada titik ini anak menjadi bagian
subjektivitas dari dunia, di mana mereka tidak lagi merespon semata-mata dari
rangsangan di dalam, seperti lapar, atau dari luar, seperti senyum orang tua
mereka, tetapi juga dari konsepsi mereka sendiri dari mental orang lain di
dunia.
Anak pada masa ini memahami bahwa
kata-kata digunakan tidak hanya untuk memproduksi aliran kesenangan dari suara,
tetapi sebenarnya digunakan untuk menandakan sesuatu, sering kali sesuatu itu
lupa. Demikian anak tidak lagi terjebak dengan unsur-unsur kenyataan. Mereka
dapat membentuk penafsiran mereka sendiri dari dunia.
Di sinilah konteks kejiwaan di mana anak
berbicara kata-kata pertama mereka sendiri. Kata yang sangat pertama mereka
akan merujuk kepada orang yang mengesankan anak (ibu, ayah, nenek, dll.). Kata
selanjutnya mengenai objek di dalam keseharian mereka. Hanya setelah kata itu
datang mengenai objek yang lupa untuk diri mereka sendiri dan lupa kepada orang
lain. Itu terjadi sekitar usia sepuluh bulan ketika bayi biasanya mengatakan
kata pertama, biasanya “mama” atau “papa”, jarang-jarang dapat dibedakan dari
ocehan sekitar situ.
Pada usia satu tahun, bayi tahu
segenggam penuh kata-kata, dan pada usia delapan belas bulan, dari 30-50 kata.
tentu saja, setiap anak menghasilkan kosakata pada langkah tersebut, dengan
mempercepat proses secara umum jadi anak mengetahui lebih dari 100 kata pada
usia 12 bulan dan lebih 200 kata pada usia 2 tahun.
Gambar 4
Jumlah kira-kira kata dalam
kosakata anak dari lahir hingga usia tiga tahun
Pada usia dua tahun, anak hampir
memahami keseluruhan dari bahasa yang mereka dengar, dan ketika mereka
menginginkan sesuatu, mereka meminta untuk itu dengan merumuskan permintaan
secara lisan. Kalimat pertama anak yang terdiri dari dua atau tiga kata dimulai
untuk mengikuti aturan-aturan sintaksis, tetapi tidak termasuk kata ganti atau
karangan, dan mereka menggunakan kata kerja dengan sangat sederhana.
Dari usia dua hingga lima tahun, anak
yang pandai sintaksis dari bahasa ibunya. Mereka melakukan itu juga tanpa
pernah belajar aturan-aturan secara eksplisit, tetapi dengan mudah melalui
pembukaan menuju struktur biasa di dalam ujaran orang lain. Salah satu bukti
dari proses ini adalah bahwa kesalahan-kesalahan anak kecil membuat tahap ini
sangat biasa menjadi baik. sebagai contoh, setelah diamati bahwa kebanyakan
bentuk kata kerja dari bentuk lampau (past
tense) melalui pendambahan dari bunyi “-ed”,
anak mungkin akan mengatakan “I goed”
daripada “I went” (saya telah pergi).
Pada saat usia tiga tahun,
penyimpangan-penyimpangan makna anak-anak dari kata-kata yang dihilangkan
hampir secara lengkap, dan struktur dasar sintaksis subjek-predikat-objek
berada di tempatnya. Kosa kata mereka sekarang termasuk hampir 1000 kata, dan
mereka telah pandai menggunakan kata ganti “I”
(orang pertama tunggal). Anak pada usia ini sangat suka mendengarkan cerita dan
bertanya pertanyaan dan memulai untuk menceritakan sesuatu yang mereka telah
lihat atau lakukan.
Pada usia empat tahun, kata-kata anak sampai
di dalam semburan kata-kata, diubah secara besar dari pertanyaan yang
takhenti-henti. Anak dapat berbicara sekarang mengenai konsep waktu (kemarin,
hari ini, dan besok), dan mereka membuat lebih dan lebih menggunakan kata
depan. Demikian, pada usia empat tahun, komponen utama dari bahasa secara
normal di dalam tempat, dan juga itu pada usia ini bahwa kekacauan bahasa
secara spesifik dapat dideteksi.
Pada usia lima tahun, secara relatif
kata ganti dan konjungsi muncul. Anak dapat menafsirkan kata kerja dan dalam
penanganan bahasa secara umum lebih rumit, bahkan beberapa tetap melakukan
ketidaksempurnaan sedikit. Anak juga belajar untuk mengatakan sesuatu dalam
cara yang lebih tepat untuk isinya. Mereka memeroleh kemampuan ini seperti
mereka mendapatkan keuntungan jauh dari persepsi milik mereka sendiri dan sadar
bahwa orang lain tidak secara perlu melihat dunia seperti yang mereka lakukan.
Pada usia enam tahun, anak menggunakan
lebih dan lebih kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Kosakata mereka
sekarang berjumlah lebih dari 2.500 kata.
Meskipun beberapa variasi dari anak ke
anak, pada rata-rata usia yang kemampuan memeroleh bahasanya beragam dan
berkelanjutan dalam yang diperoleh sisa terus-menerus dari satu kebudayaan selanjutnya.
Sesuatu lain yang biasa kepada semua kebudayaan bahwa kemampuan untuk belajar
bahasa lainnya dengan sangat berkurang setelah masa remaja.
Anak memperoleh perasaan dari menjadi
diri sendiri pada usia sekitar lima bulan, baik sebelum mereka belajar
berbicara.