Senin, 02 Juli 2012

KEDUDUKAN, FUNGSI, RAGAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR



A.    Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:
  1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, ”Kami putra dan  putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
  2. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV , Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Pasal 36)  menyatakan bahwa ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:
  1. Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
  2. Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda. Saat itulah Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa nasional. Menurut hasil perumusan seminar politik bahasa nasional di Jakarta 25-28 Februari 1975, sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut:
1.      Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan itu, Bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina.
2.      Lambang identitas nasional
Bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang Negara. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Bahasa Indonesia tentu harus memiliki identitas sendiri sehingga terjadi keserasian dengan lambang kebangsaan yang lainnya. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkan sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
3.      Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa
Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok daerah yang satu ke daerah yang lain di Tanah Air dengan hanya memanfaatkan Bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
4.      Sebagai alat pemersatu bangsa
Penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Dalam hubungan ini, Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang habasa daerah yang bersangkutan.
 Selain itu, Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara, yang resminya sejak ditantangani Undang-Undang Dasar 1945, tanggal 18 Agustus 1945, tepatnya pada Bab XV pasal 36. Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
1.      Sebagai bahasa resmi kenegaraan
Bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Termasuk di dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
2.      Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
Mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Namun demikian, ada beberapa daerah seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Makasar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
3.      Sebagai alat perhubungan tingkat nasional
Untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan nasional, dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Dalam hubungan fungsi ini, Bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
4.      Sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
Dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai nasional sebagai identitas kebangsaan.
B.     Ragam Bahasa Indonesia
Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam/Keragaman Bahasa :
1.      Ragam bahasa pada bidang tertentu, seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik,dsb.
2.      Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek, seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3.      Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek, seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4.      Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial, seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5.      Ragam bahasa pada bentuk bahasa, seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6.      Ragam bahasa pada suatu situasi. seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).

C.     Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Penentuan atau Kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai bahasa ragam baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah “benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.
Kuda makan rumput.
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu ada subyek (kuda), predikat (makan) dan obyek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat di bawah ini.
Rumput makan kuda.
Kalimat ini benar secara structural karena ada subyek (rumput), predikat (makan) dan obyek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang benar, yakni aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan pertanggungjawaban.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata menugasi, tetapi pada waktu lain kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan, memercayakan, dan sebagainya.
Sebagai kesimpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya

BAHASA DAN OTAK



A.      Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak
Organ dalam tubuh kita yang mengatur langsung pikiran, emosi, dan motivasi kita. Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh. Otak berada di dalam tulang tengkorak dan dielubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan terluar yang dekat dengan tulang, durameter; lapisan tengah, orachoid; lapisan dalam yang melekat pada permukaan sumsum, piamete. Peradangan pada meninges dinamakan meningitis.
Besar otak kita kira-kira sebanding dengan sebuah jeruk manis yang besar, benda manakjubkan seberat satu setengah kilogram ini sebagian besar terdiri atas air 78%, sedikit lemak 10%, dan sedikit protein 8%. Bagian terbesar, yang merupakan porsi terbesar dari otak kita 80% disebut otak besar (cerebrum). Otak besar ini terdiri atas miliaran sel dan terbagi menjadi dua bagian (hemisfer kanan dan kiri). Otak besar inilah yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi berpikir tingkatan tertinggi dan pengambilan keputusan.
Otak manusia normal berwarna mendekati warna kulit putih manusia (flesh-colored) dan cukup lunak sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau roti, bagian terluar dari otak kita, cerebral cortex (bahasa Latin untuk ‘kulit kayu’ atau ‘kulit buah’) cukup berbeda, terlihat seperti lipatan-lipatan atau berkerut yang tebalnya kira-kira setebal kulit jeruk. Lapisan pelindung dari kumpulan sel ini, kaya akan sel-sel otak, yang ukurannya mencapai sekitar satu halaman koran yang dibentangkan. Fungsi pentingnya ditegaskan oleh fakta bahwa korteks merupakan tujuh puluh persen  bagian yang membentuk bagian saraf: sel-sel saraf ayau neuron ini dihubungkan oleh hampir sekitar satu juta miliar serat saraf. Otak manusia memiliki bagian terbesar dari korteks yang tidak terikat (tidak memiliki fungsi tertentu) dibandingkan spesies lainnya yang ada di muka bumi ini. Hal ini memebrikan fleksibelitas dan kapasitas yang luar biasa bagi otak manusia untuk pembelajaran.
Otak besar manusia terbagi menjadi empat bagian utama yang disebut lobus (lobe), yaitu lobus depan (frontal), lobus tengah (parietal), lobus penglihatan (occipital), dan lobus pendengaran (temporalis). Lobus penglihatan (occipital) terletak sedikit di belakang bagian otak dan terutama bertanggung jawab pada penglihatan. Lobus depan (frontal) terletak di wilayah skitar kening dan punya andil terhadap tindakan-tindakan yang disengaja, seperti memberi penilaian, kreativitas, menyelesaikan masalah, dan merencanakan. Lobus tengah (parietal) terletak pada bagian atas dari otak. Tugasnya adalah memproses sesuatu yang berhubungan dengan sensori yang lebih tinggi dan fungsi-fungsi bahasa. Lobus pendengaran (temporal) terletak di bagian kiri dan kanan berada di bagian atas dan sekitar telingan. Bagian ini terutama bertanggung jawab terhadap pendengaranan, memori, pemaknaan, dan bahasa, meskipun ada beberapa fungsi yang saling tumpang tindih antara masing-masing lobus ini (gambar 1).
Gambar 1
Struktur otak manusia
(Sumber: Eric Jensen, Brain-Based Learning, 2008)


Bagian otak tengah atau inti dari otak (kadang-kadang dirujuk sebagai otak tengah atau sistim limbik) meliputi hipokampus, talamus, hipotalamus, dan amigdala. Bagian ini adalah bagian yang menyumbang sekitar dua puluh persen dari seluruh volume otak, bertanggung jawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Otak tengah membantu mengontrol gerakan mata dan koordinasi. Di dalam otak tengah terdapat sistem pengaktif retikularis (RAS, reticular activating system; disebut juga ‘formasi retikularis’), sebuah serabut neuron yang esensial bagi pengaturan kesadaran (tidur, keterjagaan, bangun dari tidur dan bahkan perhatian pada sejumlah dan bagi fungsi-fungsi vital seperti detak jantung dan pernapasan).
Sebenarnya, RAS juga meluas sampai otak belakang. Baik RAS maupun talamus esensial bagi kepemilikan kita terhadap kesadaran alam sadar atau kemampuan mengendalikan eksistensi kita. Batang otak menghubungkan otak depan dengan saraf tulang belakang. Struktur yang disebut pariaqueductal gray (PAG) terdapat di dalam batang otak ini. Wilayah ini tampaknya menjadi kunci bagi jenis-jenis perilaku adaptif. Suntikan sejumlah asam amino yang dapat membangkitkan halusinasi atau alternatifnya, stimulasi listrik ke area ini akan menghasilkan berbagai respons. Yang pertama adalah respons agresif dan konfrontasi. Yang kedua adalah respons penghindaran atu melarikan diri. Yang ketiga adalah reaksi defensif yang tinggi. Dan keempat adalah pengurangan reaksi seperti yang dialami setelah seseorang kalah bersaing, sebuah perasaan lemas dan tak berdaya.
Para dokter menentukan batas kematian otak didasarkan pada fungsi-fungsi batang otak ini. Khususnya, seorang dokter harus menentukan apakah batang otak sudah begitu rusak sehingga beberapa refleks kepala (contohnya refleks pupil) tidak ada selama lebih dari dua belas jam. Atau otak menunjukkan tidak ada aktivitas listrik atau sirkulasi darah di dalamnya.
Selain itu, ada bagian yang disebut rostral anterior cingulated cortex (RACC). Bila RACC bekerja, orang cenderung akan berpikir hal-hal indah yang mungkin akan terjadi di masa depan. Orang jadi bersemangat dan yakin bisa meraihnya. Sebaliknya, bila RACC tidak bekerja, orang lalu berpandangan buruk, tidak yakin, dan tidak punya harapan. Hal itu juga menyebabkan orang tidak memunyai semangat untuk melakukan berbagai hal bagi masa depannya ketika RACC-nya tidak bekerja dengan baik.
Bagian dari otak yang kita kenal sebagai sisi dalam diri atau pemikiran sadar, tidak begitu jelas. Hal ini mungkin karena kesadaran kita tersebut terletak di seluruh bagian korteks, atau mungkin terletak di dekat formasi jala di bagian atas batang otak. Namun, ada beberapa ilmuwan yakin bahwa letak kesadaran itu adalah pada bagian kiri depan belahan otak atau orbitofrontalcortex.
Korteks sensori (yang memonitor reseptor kulit) dan korteks motorik (yang dibutuhkan untuk bergerak) berbentuk semacam pita kecil yang terletak melintasi bagian tengah atas otak di bagian lobus tengah (parietal). Di bagian bawah belakang terdapat otak kecil (cerebellum), yang terutama bertanggung jawab atas beberapa aspek seperti keseimbangan, postur, gerak motorik, musik, dan kognisi. Penjelasan lebih lanjut mengenai struktur dan fungsi yang ada pada otak dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1
Struktur dan fungsi bagian otak manusia
Struktur-struktur utama
Fungsi dari struktur ini
Kulit otak (lapisan terluar hemisfer otak)
Terlibat di dalam pencerahan dan pemrosesan informasi indrawi, berpikir, proses kognitif lainnya, dan perencanaan serta pengiriman informasi motorik
Ganglia basali (kumpulan nukleon dan jaringan saraf)
Krusial bagi fungsi sistem motorik
Sistem-sistem limbik (hipokampus, amigdala, dan septum)
Terlibat dalam pembelajaran, emosi dan motivasi (detailnya, hipokampus memengaruhi rasa marah dan agresi, dan septum memengaruhi rasa marah dan takut)
Talamus
Stasiun pemancar utama bagi informasi sendorik yang datang menuju otak; menyalurkan informasi ke wilayah kulit otak yang tepat melalui urat-urat saraf yang berangkat dari talamus ke wilayah-wilayah spesifik korteks; memadukan sejumlah nukleus  yang menerima jenis-jenis spesifik informasi sensorikdan menyalurkannya ke wilayah kulit otak
Hipotalamus
Mengontrol sistem endokrin; mengontrol sistem saraf otonom seperti regulasi suhu tubuh internal, pengaturan indra pengecap dan rasa haus, dan fungsi-fungsi kunci lainnya; terlihat di dalam  pengaturan perilaku yang terkait dengan kelangsungan hidup spesies (berkelahi, makan, melarika diri, dan kawin); terlibat di dalam emosi rasa senang, sakit, dan reaksi terhadap tekanan dan stress
Kolikuli superioris (atas)
Terlibat di dalam penglihatan (khususnya refleksi-refleksi visual)
Kolikuli inferioris (bawah)
Terlibat di dalam pendengaran
Sistem pengaktifan retikularis (RAS; juga meluas sampai otak belakang)
Penting untuk mengontrol kesadaran (terjaga dari tidur), atensi, fungsi kardiorespiratoris, dan gerak tubuh
Materi abu-abu, nukleus merah, nigra substantia, wilayah ventralis
Penting untuk mengontrol gerak tubuh
Serebelum
Esensial bagi keseimbangan. Koordinasi dan keharmonisan gerak otot
Pons (sampai ke area yang mengandung RAS)
Terlibat di dalam kesadaran (tidur dan terjaga); menjembatani transmisi neuron dari satu bagian otak ke bagian lain; terlibat dengan urat-urat saraf di wajah
Medula oblongata
Berfungsi sebagai titik persimpangan tempat saraf mengarah silang dari satu sisi tubuh ke sisi otak sebaliknya (kontralateralis); terlibat di dalam fungsi-fungsi seperti kardiorespiratoris, pencernaan dan menelan
(Sumber: Robert J. Sternberg, Psikologi Kognitif, 2008)

B.       Fungsi kebahasaan otak
Otak terdiri dari dua belahan (hemisfer) yakni, hemisfer kiri dan kanan. Fungsi otak kiri terutama berperan dalam perkembangan bahasa dan bicara, karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan kalimat dan kata, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat, disamping kemampuan berhitung, membaca, dan menulis.
Fungsi otak kanan berperan dalam bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, pengenalan situasi dan kondisi, pengendalian emosi, kesenian, kreativitas, dan berpikir holistik.
Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf, dan kerja sama terjadinya melalui suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau pada kenyataannya dalam aktivitas tertentu hanya salah satu belahan otak yang berperan (gambar 2).
Gambar 2
Hemisfer kiri dan kanan

(Sumber: Eric Jensen, Barin-Based Learning, 2008)

Perkembangan kedua belahan otak akan mengalami spesialisasi atau lateralisasi. Pada usia kurang lebih dua tahun, hemisfer kanan lebih berkembang selanjutnya hemisfer kiri. Oleh karena itu, pada periode ini anak lebih sering menggunakan tangan kirinya. Biasanya para orang tua mengarahkan agar menggunakan tangan kanan. Namun, bagi anak yang memunyai kecenderungan kidal bila dipaksa pindah tangan akan mengalami gangguan berbahasa. Karena anak kidal fungsi bicara dan bahasanya berasal dari hemisfer kanan.
Hemisfer kiri memang dominan untuk bicara-bahasa, tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan, maka seseorang akan menjadi monoton tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat; tampak adanya emosi; tanpa disertai isyarat-isyarat  bahasa. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri ini disebut dengan hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa.
Hemisfer dominan secara morfologis lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri memunyai arti penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori verbal. Sementara hemisfer kanan berfungsi untuk emosi, lagu, isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal.

C.      Hemisfer dominan
  1. Yule (1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya di bagian otak yang lain.
  2. Whitaker (1977) menyatakan kandungan dalam otak yang menyusun perilaku manusia melibatkan keterkaitan beberapa wilayah otak.
  3. Krashen (1977) mengatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu. Lebih lanjut krashen mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut:
a.         Orang-orang tertentu kemampuan berbahasanya dikendalikan oleh hemisfer kiri dan orang-orang tertentu lainnya oleh hemisfer kanan.
b.         Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara lebih siap untuk fungsi kognitif.



D.      Daerah Broca
Proses dari mengidentifikasi bagian-bagian dari otak tersebut yang berhubungan di dalam bahasa dimulai pada tahun 1861, ketika Paul Broca, seorang ahli bedah otak Perancis, memeriksa otak dari pasien yang baru meninggal  yang memiliki penyakit yang tidak biasa. Terlebih dahulu dia telah dapat memahami bahasa berbicara dan tidak memiliki kerusakan motorik dari mulut atau lidah yang mungkin memengaruhi kemampuannya untuk berbicara, baik dia dapat berbicara dengan kalimat yang sempurna maupun   dengan jelas menuangkan pikirannya ke dalam tulisan. Hanya melafalkan bunyi suku kata yang dapat dia buat “Tan”, yang sampai digunakan sebagai namanya.
Gambar 3
Paul Broca dan otak milik Tan

       
(Sumber: http://thebrain.mcgill.ca, diakses 12 Juni 2012)

Ketika otak Tan diotopsi Broca, dia menemukan luka yang cukup besar di dalam kulit otak sebelah kiri. Sesudah itu, Broca mempelajari delapan pasien lainnya, semuanya telah memiliki kekurangan bahasa yang serupa dengan luka di dalam lobus depan hemisfer sebelah kiri mereka. Hal ini  mendorongnya untuk membuat pernyataan terkenalnya “Kita berbicara dengan hemisfer sebelah kiri” dan untuk mengidentifikasi, untuk pertama kalinya, keberadaan dari “pusat bahasa” di dalamnya yang kemudian dari lobus depan hemisfer ini. Sekarang yang dikenal sebagai “daerah broca”, hal ini adalah fakta bahwa  daerah pertama dari otak yang dihubungkan dengan fungsinya secara spesifik – dalam kasus ini adalah bahasa.


E.       Daerah Wernicke
Sepuluh tahun kemudian,  Carl Wernicke, seorang neurologis  Jerman, menemukan bagian lainnya  dari otak,  yang satu ini menyangkut di dalam memahami bahasa, yang kemudian dari lobus belakang  hemisfer sebelah kiri.  Orang yang memiliki luka pada daerah ini dapat berbicara, tetapi kemampuan berbicara seringkali membingungkan dan tidak masuk akal.
Pengamatan Wernicke telah banyak  sekali ditetapkan sejak itu. Para  peneliti otak sekarang setuju  bahwa yang menjalankan  sulcus lateral (juga dikenal sabagai  celah dari  Silvius)  di dalam hemisfer sebelah kiri dari otak, di sana terdapat simpul syaraf pendek yang menghubungkan keduanya  di dalam memahami dan di dalam menghasilkan ujaran bahasa.  Pada daerah depan otak akhir dari  simpulan ini  berada di daerah Broca, yang mana biasanya dihubungkan dengan menghasilkan bahasa, atau keluaran bahasa. Di akhir yang lain (lebih secara spesifik lagi, di dalam lobus belakang), berada daerah Wernicke, yang mana dihubungkan dengan proses dari kata-kata yang kita dengar menjadi ujaran , atau masukkan-masukkan  bahasa.  Daerah Broca dan Wernicke disambungkan oleh  berkas syaraf fiber yang besar yang disebut dengan arcuate fasciculus.
Gambar 3
Carl Wernicke dan otak yang rusak di daerah wernicke



      
(Sumber: http://thebrain.mcgill.ca, diakses 12 Juni 2012)

Simpulan bahasa ini telah ditemukan di dalam hemisfer sebelah kiri sekitar  90%  dari orang sebelah kanan dan  70%  dari orang sebelah kiri, bahasa menjadi salah satu fungsi bahwa melakuan secara asimetris di dalam otak. Secara mengejutkan, simpula ini juga ditemukan pada tempat yang sama di dalam orang tuli yang menggunakan bahasa simbol. Oleh karena itu, simpul ini seharusnya tidak muncul menjadi spesifik untuk mendengar atau ujaran bahasa,  tetapi agak lebih menjadi lebih halus dihubungkan dengan apapun secara  pemilihan bahasa individu yang terjadi dilakukan.
Masalah umum yang diceritakan di dalam percobaan lainnya untuk menentukan lokasi dari fungsi-fungsi otak bahwa setiap otak itu unik. Hanya seperti setiap orang biasanya yang memiliki lima jari, tetapi jari-jari orang itu berbeda, semua otak manusia memiliki struktur otak utama yang sama, tetapi ukuran dan bentuk dari struktur tersebut dapat bervariasi dari satu orang dengan yang lainnya – sebanyak beberapa milimeter. Ukuran rata-rata dapat digunakan, tentunya, di dalam pembelajaran mengenai otak, tetapi sisa faktanya bahwa jenis yang sama dari luka tidak akan selalu karena secara tepatnya jenis yang sama dari pengurangan di dalam beberapa perbedaan secara individual.
Tabel 2
Kerusakan pada daerah Broca dan Wernicke
Kerusakan daerah Broca
(apasia broca)
Kerusakan daerah Wernicke
(apasia wernicke)
Menghalangi seseorang untuk menghasilkan sebuah ujaran
Kehilangan pemahaman kemampuan berbahasa
Seseorang dapat memahami bahasa
Seseorang dapat berbicara dengan sangat jelas, tetapi kata-kata yang dibuat tidak masuk akal. Ini yang disebut dalam berbicara dengan “salad kata”  karena itu kelihatan kata-kata semuanya dicampurkan seperti sayuran di dalam salad.
Kata-kata tidak dibentuk dengan baik

Ujaran pelan dan menyatu

(Sumber: Robert  J. Sternberg, Psikologi Kognitif, 2008)

Tidak hanya terdapat afasia wernicke dan broca saja tetapi masih ada beberapa macam afasia lainnya, yaitu afasia anomik, afasia global, dan afasia konduksi, selain itu ada juga beberapa gangguan bahasa lainnya seperti disaatria, agnosia atau dimensia, disleksia aleksia, disleksia agrafia dan stroke. Afasia anomik: kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobus parietal dengan lobus temporal. Gangguan wicaranya tampak pada ketidakmampuan penderita untuk mengaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya. Jadi, kalau kepada pasien ini diminta untuk mengambil benda yang bernama gunting, dia akan bisa melakukannya. Akan tetapi, kalau kepadanya ditunjukkan gunting, dia tidak akan dapat mengatakan nama benda itu.
Afasia global: pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain; kerusakan bisa menyebar dari daerah broca, melewati korteks motor, menuju lobus parietal, dan sampai ke daerah wernicke. Luka yang sangat luas ini tentunya mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik, penderita bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah bisa menjadi tidak cukup fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran orang, ujaran tidak mudah dimengerti orang, dan kata-kata dia tidak diucapkan dengan cukup jelas.
Afasia konduksi: bagian otak yang rusak pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobus frontal dengan lobus temporal. Karena hubungan daerah broca di lobus frontal yang menangani produksi dengan daerah wernicke di lobus temporal yang menanganikomprehensi terputus maka pasien afasia konduksi tidak dapat mengulang kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat memahami apa yang dikatakan orang. Misalnya, dia akan dapat mengambil pena yang terletak di meja, kalau disuruh demikian. Dia juga akan dapat berkata pena itu di meja, tetapi dia tidak akan dapat menjawab secara lisan pertanyaan di mana penanya? Bisa terjadi, dia ditanya tentang A, yang dijawab adalah tentang B, atau C.
Disaartria adalah gangguan yang berupa lafal yang tidak jelas, tetapi ujarannya utuh. Gangguan seperti ini terjadi karena bagian yang rusak pada otak hanyalah korteks motor saja sehingga mungkin hanya lidah, bibir, atau rahangnya saja yang berubah. Agnosia atau demensia adalah gangguan pada pembuatan ide. Penderita tidak dapat memfokuskan ide yang akan dikatakan dengan baik sehingga isi ujaran bisa loncat-loncat ke sana kemari. Aleksia adalah hilangnya kemampuan untuk membaca sedangkan agrafia adalah hilangnya kemampuan untuk menulis dengan huruf-huruf normal. Kedua penyakit ini disebut pula sebagai disleksia.
Pengaruh stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada gangguan-gangguan lain yang tidak langsung berkaitan dnegan bahasa. Penderita apraksia, misalnya, tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu (seperti memindahkan mainan balok dari tempat A ke B), meskipun dia tidak menderita cacat lumpuh tangan. Penderita ataksia kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan muskuler yang volunter.

F.       Teori lateralisasi
Suatu teori yang dapat diatrik secara jelas adalah bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi bahasa alamiah. Dalam studi neurolinguistik hal ini disebut lateralisasi. Banyak pakar psikologi yang meragukan teori ini, bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa. Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti eksperimental yang dilakukan terhadap otak yang normal (bukan otak yang rusak seperti yang dilakukan Broca dan Wernicke). Berikut beberapa ekspeimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori laterlalisasi itu:
1.      Tes menyimak rangkap (dichotic listening) oleh Broadbent (1954).
2.      Tes stimulus elektris (electrical stimulation of brain) oleh Penfield dan Rasmussen (1951).
3.      Tes grafik kegiatan elektris (electris-encephalo-graphy) oleh Schafer (1967).
4.      Tes wada (amysal tes) oleh J.Wada (1959).
5.      Teknik fisiologi langsung (direct physiological technique) oleh Chon (1971).
6.      Teknik belah-dua otak (bisected brain technique).

G.      Teori lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan Wernicke. Selain laporan medis Paul Broca dan Carl Wernicke yang menyatakan bahwa pusat bahasa terdapat pada hemisfer kiri, ada satu lagi laporan medis dari Geschwind (1968) yang menyatakan bukti yang sama.
Geschwind melaporkan kasus seorang wanita muda (22 tahun) yang keracunan karbon monoksida. Wanita itu dapat diselamatkan, tetapi mengalami kerusakan otak yang berat. Selama dia sakit, wanita tersebut dama sekali tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya sendiri, kecuali muut, lidah, dan mukanya. Meskipun pemahaman bahasanya dan produksi bahasanya sedikit kurang. Setelah meninggal dan dibedah, ternyata seluruh otaknya telah rusak, kecuali medan-meda bahasa pada hemisfer kiri yang hanya mengalami kerusakan ringan. Kasus ini juga membuktikan bahwa pada hemisfer yang kiri yang hanya mengalami kerusakan ringan. Kasus ini juga menunjukkan bukti bahwa lokalisasi pusat-pusat bahasa terletak pada hemisfer kiri.
Ada beberapa cara lain untuk menunjukkan teori lokalisasi ini. Antara lain sebagai berikut:
1.      Teknik stimulus elektrik oleh Penfield dan Robert (1959).
2.      Teknik perbedaan anatomi otak oleh Geschwind dan Levistsky (1968).
3.      Cara melihat orak dengan positron emission tomography (PET).

H.      Teori konvergensi bahasa
  1. Setiap orang memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Wanita memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar dibandingkan pria.
  2. Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak. Hal ini telah dibuktikan oleh mereka yang telah diserang stroke (gangguan pembuluh darah otak).
  3. Aspek-aspek lain dari kemampuan berbahasa seperti nomina dan verba ternyata diproses pada bagian otak yang berbeda.
  4. Dr. Antonio Damasio mengatakan otak memang memunyai lokasi khusus untuk memproses bahasa; tetapi lokasi itu tidak merupakan organ bahasa yang mandiri dengan kotak-kotak tempat memproses bahasa. Ada lokasi yang penting dalam memproses bahasa yang dikenal dengan wilayah konvergensi. Dalam wilayah itu tersimpan kunci untuk memadukan komponen-komponen kata dan objek yang sudah tersebar luas dalam otak. 

I.         Otak pria dan wanita
  1. Ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% daripada otak wanita.
  2. Otak wanita memiliki fungsi yang berbeda dibandingkan otak pria.
  3. Otak wanita lebih banyak neuron daripada otak pria, hal ini dikaitkan dengan wanita yang mampu menggunakan kedua hemisfernya ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal lainnya. Sedangkan pria hanya menggunakan sebelah saja (biasanya sebelah kiri). Dapat disimpulkan bahwa wanita lebih lincah soal verbal dibandingkan pria.
  4. Kemampuan wanita dalam memadukan banyak aspek kognitif dalam berpikir. Bukan hanya rasio, tetapi emosi dan instingnya juga terlibat. Ada yang menyatakan ini sebagai intelegensi emosional, atau juga intuisi wanita. Kemampuan intuitif ini tampaknya membuat wanita tidak tegas dalam membuat keputusan. Namun, sebenarnya mereka lebih peka dan bisa melihat hal-hal yang tidak tampak oleh pria. Hal ini menyebabkan wanita tidak melihat segala sesuatu apa adanya seperti pria.
  5. Penglihatan wanita lebih tajam daripada pria. Begitu juga pendengarannya. Maka tak heran mengapa wanita lebih peka pada malam hari dapat terbangun ketika mendengar tangisan sang bayi.
  6. Wanita memliki ingatan yang lebih tajam dibandingkan dengan pria. Karena wanita lebih banyak mengingat detail, asosiasi, dan pengalaman pribadinya dibandingkan pria.
  7. Wanita lebih banyak menggunakan hemisfer kanan, maka mengaitkan data ke wilayah memori itu sudah dialkukan secara otomatis.

J.        Kaitan otak dengan bahasa
Orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan bahasa. Aristoteles pada tahun 384-322 Sebelum Masehi telah berbicara soal hati yang melakukan hal-hal yang kini kita ketahui dilakukan oleh otak. Begitu pula pelukis terkenal Leonardo da Vinci pada tahun 1500-an (Dingwall 1998:53). Namun, titik tolak yang umum dipakai adalah setelah penemuan-penemuan yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke pada tahun 1860-an. dari struktur serta organisasi otak manusia yang memegang peranan penting dalam bahasa. Bagaimana persis kaitannya? Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi oleh lobus temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Di sini input tadi diolah secara rinci sekali, misalnya, apakah bu yi sebelum bunyi /o/ yang didengar it memiliki VOT +60 milidetik, +20 milidetik, atau di antara kedua angka ini.
Angka indek VOT ini penting karena kalau VOT-nya adalah +0 milidetik, maka bunyi itu pastilah vois seperti /b/ atau /g/; kalau lebih dari +30 milidetik, pastilah itu bunyi tak-vois seperti /p/ atau /k/, dst. Korteks ini juga meneliti apakah urutan bunyi adalah, misalnya, /p/, /o/, /s/ (pos) atau /s/, /o/, /p/ (sop).
Setelah diterima, dicerna, dan diolah seperti ini maka bunyi-bunyi bahasa tadi “dikirim” ke derah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini bunyi-bunyi dipilah-pilah menjadi sukukata, kata, frasa, klausa, dan akhirnya kalimat. Setelah diberi makna dan dipahami isinya, maka ada dua jalur kemungkinan. Bila masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam memori. Suatu saat nanti mungkin informasi itu diperlukan. Bila masukan tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus arkuat.
Di daerah broca proses penanggapan dimulai. Steelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah broca “memerintahkan” motor korteks untuk melaksanakannya. Proses pelaksanaan di korteks motor juga tidak sederhana. Untuk suatu ujaran ada minimal 100 otot dan 140.000 rentetan neuromuskuler yang terlibat. Motor korteks juga harus mempertimbangkan  tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan. Ambillah perkataan dia pada kalimat
(1)   Dia belum pulang
Karena bunyi /d/ memunyai fitur [+vois], di samping fitur-fitur lain seperti [+konsonan], [+anterior], [-bilabial], [+alveolar], [-nasal], maka korteks motor harus memerintahkan pita suara untuk bergetar 30 milidetik lebih awal daripada perintah-perintah yang lain. Hal ini disebabkan karena pita suara letaknya paling jauh dibandingkan dengan alat-alat penyuara yang lain. Sebaliknya, untuk bunyi /p/ pada kata pulang di kalimat (1) di atas, pita suara harus diperintahkan untuk bergetar paling awal 25 milidetik setelah bunyi /p/ itu diucapkan. Ini untuk menjamin bahwa bunyi bilabial yang keluar itu benar-benar /p/, dan bukan /b/.
Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan kemudian ke /a/ untuk kata dia juga memerlukan koordinasi yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada derah alveolar di mulut untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah bentuk menjadi lengkung dan tinggi-depan untuk /i/, misalnya, harus dikoordinasikan dengan rapi sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan bunyi natif. Tanpa ketepatan ini maka pembicaraan akan kedengaran seperti orang asing.
Bila input yang masuk bukan dalam bentuk lisan, tetapi bentuk tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukan tidak dianggap oleh korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual di lobus occipital. Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah wernicke, tetapi harus melewati girus angular yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah occiptipal. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yakni, input tadi dipahami oleh daerah wernicke, kemudian dikirim ke daerah broca bila perlu tanggapan verbal. Bila tanggapannya juga visual, maka informasi itu dikirim ke daerah perietal untuk diproses visualisasinya.

K.      Belajar untuk berbicara
Sekitar akhir dari tahun pertama mereka hidup, anak-anak menyadari bahwa mereka memiliki sudut pandang sendiri dan mereka dapat berbagi dengan orang lain. Pada titik ini anak menjadi bagian subjektivitas dari dunia, di mana mereka tidak lagi merespon semata-mata dari rangsangan di dalam, seperti lapar, atau dari luar, seperti senyum orang tua mereka, tetapi juga dari konsepsi mereka sendiri dari mental orang lain di dunia.
Anak pada masa ini memahami bahwa kata-kata digunakan tidak hanya untuk memproduksi aliran kesenangan dari suara, tetapi sebenarnya digunakan untuk menandakan sesuatu, sering kali sesuatu itu lupa. Demikian anak tidak lagi terjebak dengan unsur-unsur kenyataan. Mereka dapat membentuk penafsiran mereka sendiri dari dunia.
Di sinilah konteks kejiwaan di mana anak berbicara kata-kata pertama mereka sendiri. Kata yang sangat pertama mereka akan merujuk kepada orang yang mengesankan anak (ibu, ayah, nenek, dll.). Kata selanjutnya mengenai objek di dalam keseharian mereka. Hanya setelah kata itu datang mengenai objek yang lupa untuk diri mereka sendiri dan lupa kepada orang lain. Itu terjadi sekitar usia sepuluh bulan ketika bayi biasanya mengatakan kata pertama, biasanya “mama” atau “papa”, jarang-jarang dapat dibedakan dari ocehan sekitar situ.
Pada usia satu tahun, bayi tahu segenggam penuh kata-kata, dan pada usia delapan belas bulan, dari 30-50 kata. tentu saja, setiap anak menghasilkan kosakata pada langkah tersebut, dengan mempercepat proses secara umum jadi anak mengetahui lebih dari 100 kata pada usia 12 bulan dan lebih 200 kata pada usia 2 tahun.

Gambar 4
Jumlah kira-kira kata dalam kosakata anak dari lahir hingga usia tiga tahun

(Sumber: http://thebrain.mcgill.ca, diakses 12 Juni 2012)

Pada usia dua tahun, anak hampir memahami keseluruhan dari bahasa yang mereka dengar, dan ketika mereka menginginkan sesuatu, mereka meminta untuk itu dengan merumuskan permintaan secara lisan. Kalimat pertama anak yang terdiri dari dua atau tiga kata dimulai untuk mengikuti aturan-aturan sintaksis, tetapi tidak termasuk kata ganti atau karangan, dan mereka menggunakan kata kerja dengan sangat sederhana.
Dari usia dua hingga lima tahun, anak yang pandai sintaksis dari bahasa ibunya. Mereka melakukan itu juga tanpa pernah belajar aturan-aturan secara eksplisit, tetapi dengan mudah melalui pembukaan menuju struktur biasa di dalam ujaran orang lain. Salah satu bukti dari proses ini adalah bahwa kesalahan-kesalahan anak kecil membuat tahap ini sangat biasa menjadi baik. sebagai contoh, setelah diamati bahwa kebanyakan bentuk kata kerja dari bentuk lampau (past tense) melalui pendambahan dari bunyi “-ed”, anak mungkin akan mengatakan “I goed” daripada “I went” (saya telah pergi).
Pada saat usia tiga tahun, penyimpangan-penyimpangan makna anak-anak dari kata-kata yang dihilangkan hampir secara lengkap, dan struktur dasar sintaksis subjek-predikat-objek berada di tempatnya. Kosa kata mereka sekarang termasuk hampir 1000 kata, dan mereka telah pandai menggunakan kata ganti “I” (orang pertama tunggal). Anak pada usia ini sangat suka mendengarkan cerita dan bertanya pertanyaan dan memulai untuk menceritakan sesuatu yang mereka telah lihat atau lakukan.
Pada usia empat tahun, kata-kata anak sampai di dalam semburan kata-kata, diubah secara besar dari pertanyaan yang takhenti-henti. Anak dapat berbicara sekarang mengenai konsep waktu (kemarin, hari ini, dan besok), dan mereka membuat lebih dan lebih menggunakan kata depan. Demikian, pada usia empat tahun, komponen utama dari bahasa secara normal di dalam tempat, dan juga itu pada usia ini bahwa kekacauan bahasa secara spesifik dapat dideteksi.




Pada usia lima tahun, secara relatif kata ganti dan konjungsi muncul. Anak dapat menafsirkan kata kerja dan dalam penanganan bahasa secara umum lebih rumit, bahkan beberapa tetap melakukan ketidaksempurnaan sedikit. Anak juga belajar untuk mengatakan sesuatu dalam cara yang lebih tepat untuk isinya. Mereka memeroleh kemampuan ini seperti mereka mendapatkan keuntungan jauh dari persepsi milik mereka sendiri dan sadar bahwa orang lain tidak secara perlu melihat dunia seperti yang mereka lakukan.
Pada usia enam tahun, anak menggunakan lebih dan lebih kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Kosakata mereka sekarang berjumlah lebih dari 2.500 kata.
Meskipun beberapa variasi dari anak ke anak, pada rata-rata usia yang kemampuan memeroleh bahasanya beragam dan berkelanjutan dalam yang diperoleh sisa terus-menerus dari satu kebudayaan selanjutnya. Sesuatu lain yang biasa kepada semua kebudayaan bahwa kemampuan untuk belajar bahasa lainnya dengan sangat berkurang setelah masa remaja.
Anak memperoleh perasaan dari menjadi diri sendiri pada usia sekitar lima bulan, baik sebelum mereka belajar berbicara.